Lewati ke:
18 September 2025
Aybun, pernah merasa bingung saat si Kecil menangis lama sekali padahal sudah disusui, digendong, atau diajak bermain? Bisa jadi itu tanda kolik pada bayi. Fase ini memang bikin hati orang tua ikut lelah, tapi tenang. Dengan pelukan hangat, skin-to-skin, atau momen mandi lembut yang menenangkan, Aybun tetap bisa membantu si Kecil merasa nyaman sekaligus memperkuat ikatan kasih sayang.
Apa Itu Kolik pada Bayi?
Kolik pada bayi adalah kondisi ketika si Kecil menangis lama tanpa alasan medis yang jelas. Menurut Banks dkk. dalam Infantile Colic (2023), kolik biasanya didefinisikan dengan rule of three: tangisan berlangsung lebih dari 3 jam sehari, lebih dari 3 hari seminggu, selama minimal 3 minggu¹.
Kapan bayi mengalami kolik? Nah, kondisi ini umum dialami pada bulan-bulan awal, biasanya mulai muncul di usia 2 minggu, memuncak sekitar usia 6 minggu, lalu mereda setelah bayi berusia 3-4 bulan.
Bagi Aybun, wajar jika fase ini terasa melelahkan. Namun, penting diingat bahwa kolik adalah kondisi sementara yang akan mereda seiring waktu, ya. Bukan pertanda ada masalah serius pada kesehatan si Kecil.
Apa Ciri-Ciri Bayi yang Mengalami Kolik?
Sama-sama menangis, apa ciri-ciri bayi kolik? Beberapa gejala kolik pada bayi bisa Aybun kenali dari ciri-ciri berikut.
Tangisan terdengar keras, berlangsung lama, dan sulit ditenangkan.
Wajah si Kecil tampak memerah saat menangis.
Kaki sering menekuk ke arah perut, seolah menahan rasa tidak nyaman.
Perut terasa kembung dan tegang.
Bayi kolik susah tidur, terutama pada sore hingga malam hari.
Menurut studi yang dipublikasikan di BMC Pediatrics (2022), bayi dengan riwayat kolik juga cenderung lebih rewel, tidur lebih sedikit, serta lebih sering terbangun di malam hari dibandingkan bayi lain². Pola ini memang bisa membuat Aybun sulit membedakan apakah tangisan si Kecil hanya tangisan biasa atau sudah termasuk ciri kolik.
Apa Saja Penyebab Kolik pada Bayi?
Sayangnya, penyebab pasti munculnya kolik pada bayi sampai sekarang belum sepenuhnya jelas. Namun, ada beberapa faktor yang sering disebut bisa memengaruhi kondisi ini.
Sistem pencernaan yang belum matang
Bayi lebih mudah menelan udara atau mengalami penumpukan gas. Menurut Itzkowitz (2021), hal ini dikenal sebagai teori gastrointestinal, yang menjelaskan kaitan kolik dengan usus yang belum matang dan ketidakseimbangan flora usus³.
Sensitivitas terhadap rangsangan
Cahaya, suara, atau lingkungan sekitar bisa membuat bayi cepat rewel.
Pola menyusu yang kurang tepat
Hal ini bisa membuat bayi menelan terlalu banyak udara.
Interaksi bayi dan orang tua
Respons bayi terhadap pola asuh atau rutinitas juga bisa memengaruhi munculnya kolik.
Faktor neurologis
Dalam studinya, Itzkowitz (2021) juga menyebut adanya teori neurologis, yang mengaitkan kolik sebagai bentuk awal migrain pada bayi.
Transisi trimester keempat
Masih dari studi oleh Itzkowitz (2021), teori ini menyebutkan tangisan berlebihan bisa saja muncul karena bayi "kaget" dengan perubahan drastis dari rahim yang hangat dan tenang ke dunia luar yang terang dan bising.
Berbagai teori ini menunjukkan kalau kolik adalah kondisi yang terjadi karena banyak faktor. Meski tidak berbahaya, Aybun tentu akan lebih tenang dalam menghadapi si Kecil saat kolik terjadi.
Bagaimana Cara Mengatasi Kolik pada Bayi?
Menghadapi bayi kolik memang melelahkan, tapi ada beberapa cara yang bisa Aybun lakukan untuk menenangkan si Kecil tanpa membuatnya semakin cemas.
1. Pelukan hangat
Dekap si Kecil dengan posisi tegak di dada atau bahu. Dekapan Aybun bukan hanya memberi rasa aman, tapi juga menstabilkan detak jantung dan suhu tubuh bayi, lho. Kontak langsung seperti ini membantu menurunkan tingkat stres si Kecil sekaligus memperkuat bonding.
2. Pijat lembut
Sentuhan ringan di perut atau punggung dengan Zwitsal Baby Oil bisa membantu meredakan rasa kembung dan mengurangi rasa tegang. Pijat ini juga memberi stimulasi positif pada sistem saraf bayi, membuatnya merasa lebih nyaman.
Aybun bisa memijat perut atau punggungnya dengan gerakan melingkar searah jarum jam. Pada perut, fokus pada area sekitar pusar dengan tekanan lembut agar si Kecil tetap nyaman, ya.
3. Mandikan dengan air hangat
Air hangat bisa membantu merilekskan otot tubuh bayi yang tegang dan membuatnya lebih nyaman. Agar manfaat mandi makin terasa, Aybun bisa memilih sabun dan sampo bayi yang lembut di kulit, seperti Zwitsal Hair & Body Bath Minyak Telon.
Sabun dan sampo bayi ini diformulasikan dengan 4x Prebiotic Moisturizer untuk menjaga kelembapan alami kulit, sekaligus memberi sensasi hangat khas minyak telon. Dengan pH netral, bebas paraben, dan tanpa SLS/SLES, sabun ini tetap aman digunakan sehari-hari bahkan untuk kulit bayi yang sensitif.
4. Jaga kelembapan kulit si Kecil agar tak mudah iritasi
Saat kolik, bayi cenderung lebih sensitif terhadap rasa tidak nyaman di kulit. Setelah mandi, oleskan Zwitsal Face & Body Care Cream tipis-tipis pada area rentan seperti pipi, perut, dan lipatan. Krim bayi ini membantu menjaga kelembapan dan fungsi skin barrier sehingga kulit terasa halus, tidak mudah tertarik, dan gesekan dari bedong atau pakaian jadi lebih nyaman.
Formulanya diperkaya 10x Prebiotic Moisturizer, Vitamin E, dan Chamomile, yang bekerja untuk membantu menenangkan kulit, menjaga kelembapan hingga 24 jam, serta merawat kulit yang kering maupun sensitif.
Dengan kulit yang terjaga kelembapannya, sensasi tidak nyaman yang bisa memperpanjang rewel pun berkurang, sementara momen sentuhan lembut Aybun jadi lebih menenangkan bagi si Kecil.
5. Ciptakan suasana tenang
Redupkan lampu, kecilkan suara TV, atau putar musik lembut. Lingkungan yang minim stimulasi membantu sistem saraf bayi lebih cepat tenang. Bagi sebagian bayi, perubahan sederhana ini bisa menjadi kuncian untuk menurunkan intensitas tangisan.
6. Atur posisi menyusu
Bunda bisa mencoba cara menyusui yang tepat. Pastikan kepala bayi sedikit lebih tinggi dari perut saat menyusu agar udara tidak banyak tertelan. Jangan lupa bantu si Kecil bersendawa setelahnya, karena udara yang terperangkap di lambung bisa memperparah rasa kembung dan membuatnya makin rewel.
7. Bantu si Kecil tidur nyenyak
Bayi kolik susah tidur bisa terbantu dengan metode swaddling (bedong lembut), menimang perlahan, atau menyalakan white noise agar ia merasa nyaman. Bahkan menurut jurnal Infantile Colic: New Insights into an Old Problem (2018), teknik seperti swaddling, white noise, stimulasi lembut, dan bonding skin-to-skin terbukti dapat membantu meredakan tangisan bayi⁴. Metode sederhana ini juga bisa menjadi salah satu cara menidurkan bayi kolik agar lebih cepat tenang.
Dengan kombinasi sentuhan lembut, suasana nyaman, dan perawatan yang tepat, kolik pada bayi umumnya bisa mereda tanpa perlu tindakan medis khusus, kok.
Kapan Harus Membawa si Kecil ke Dokter?
Kolik pada bayi umumnya tidak berbahaya dan akan mereda seiring waktu. Namun, penting bagi Aybun untuk waspada. Bila gejala yang muncul tidak sesuai pola kolik biasa atau menimbulkan gangguan kesehatan lain, konsultasi medis tetap diperlukan untuk memastikan kondisi si Kecil.
Karena itu, coba cek tanda-tanda berikut.
Tangisan bayi tidak kunjung reda meski sudah dicoba berbagai cara menenangkan.
Si Kecil mengalami muntah berwarna hijau atau bercampur darah.
Tangisan disertai demam, diare, atau perut tampak bengkak.
Berat badan bayi tidak bertambah sesuai usianya.
Bayi menolak menyusu dan tampak sangat lemas.
Aybun, menghadapi kolik pada bayi memang bisa melelahkan, tapi fase ini sifatnya sementara dan akan berlalu seiring pertumbuhan si Kecil. Dengan sentuhan lembut, rutinitas mandi yang menenangkan, hingga momen skin-to-skin yang penuh kasih, Aybun bisa membantu menurunkan rasa tidak nyaman sekaligus memperkuat bonding. Cara sederhana ini membantu si Kecil lebih tenang, sekaligus membuat Aybun lebih lega menghadapi masa kolik.
Referensi:
1. J.B. Banks, Audra S. Rouster, J. Chee. 2023. Infantile Colic. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518962/
2. Solvi Helseth, Nina Misvaer, Milada Smastuen, Randi Andenes, Lisbeth Valla. 2023. Infant colic, young children’s temperament and sleep in a population based longitudinal cohort study. Diambil dari BMC Pediatrics volume 22: https://doi.org/10.1186/s12887-022-03231-3
3. Tamar Itzkowitz. 2021. What is the Underlying Cause of Infantile Colic?. Diambil dari The Science Journal of the Lander College of Arts and Sciences, 14(2): https://touroscholar.touro.edu/sjlcas/vol14/iss2/6/
4. Tu Mai, Nicole Y Fatheree, Wallace Gleason, Yuying Liu, Jon Marc Rhoads. 2018. Infantile Colic: New Insights into an Old Problem. Diambil dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6659398/