Lewati ke:
8 Agustus 2025
Melihat si Kecil mengalami eksim basah tentu bisa membuat Aybun khawatir. Kulit yang tampak merah, terasa lembap, bahkan mengelupas dan mengeluarkan cairan memang terlihat mencemaskan. Tapi tenang, karena kondisi ini umum terjadi pada bayi dengan kulit sensitif. Kabar baiknya, dengan perawatan yang lembut dan konsisten, gejalanya bisa dikendalikan agar kulit si Kecil tetap terjaga kesehatannya. Yuk, kenali penyebab eksim basah serta cara merawatnya!
Apa Itu Eksim Basah dan Bedanya dengan Kulit Sensitif Biasa?
Eksim basah adalah jenis peradangan kulit (dermatitis) yang ditandai dengan ruam merah, gatal, dan seringkali mengeluarkan cairan atau membentuk kerak. Pada bayi, eksim basah umumnya muncul di pipi, leher, lipatan siku, atau belakang lutut.
Berbeda dari kulit sensitif biasa yang mungkin hanya tampak kering atau kemerahan, eksim basah terlihat lebih parah dan bisa menyebabkan luka terbuka jika digaruk terus-menerus. Eksim juga bisa kambuh berkali-kali, terutama jika pemicunya tidak dikenali sejak awal.
Apa Gejala dan Penyebab Eksim Basah?
Gejala eksim mirip ruam popok atau biang keringat, dan bisa muncul secara bertahap atau kondisinya bisa langsung parah. Hal ini tergantung pada tingkat kepekaan kulit bayi dan faktor pemicu di sekitarnya. Ada beberapa ciri khas eksim basah yang bisa Aybun perhatikan, seperti:
Ruam merah yang terlihat basah atau berair, dengan cairan bening yang kemudian mengering menjadi kerak.
Kulit mengelupas atau membentuk kerak kekuningan, terutama jika bayi sering menggaruknya.
Gatal berlebihan, yang umumnya lebih intens di malam hari.
Luka kecil yang dapat berkembang menjadi infeksi jika sering digaruk.
Kulit terasa panas saat disentuh akibat peradangan.
Menurut Sohail dkk. (2024), penyebab eksim basah pada bayi belum sepenuhnya diketahui, namun diyakini melibatkan interaksi kompleks antara faktor genetik, lingkungan, serta gangguan pada sistem imun bayi¹.
Selain itu, setiap bayi memiliki sensitivitas yang unik. Tak jarang eksim muncul sebagai bentuk reaksi alami tubuh terhadap lingkungan yang dianggap "mengganggu". Karena itulah, faktor penyebabnya bisa sangat beragam dan saling berkaitan satu sama lain.
Bagaimana Cara Merawat Kulit Bayi dengan Eksim Basah di Rumah?
Merawat kulit bayi yang sedang mengalami eksim basah memang butuh kesabaran dan perhatian ekstra. Kuncinya adalah menjaga kulit tetap bersih, lembap, dan terhindar dari hal-hal yang bisa memicu iritasi.
Menurut Davari dkk. (2020), pendekatan non-obat seperti mandi singkat dengan air hangat, menggunakan sabun lembut, serta rutin mengoleskan pelembap setelah mandi terbukti membantu mempercepat pemulihan dan mengurangi kemungkinan eksim kambuh kembali².
Nah, apa saja perawatan rumahan yang bisa Aybun lakukan sehari-hari?
1. Mandikan bayi dengan air hangat sebentar saja
Gunakan air hangat suam-suam kuku, dan batasi waktu mandi sekitar 5-10 menit. Mandi terlalu lama bisa membuat kulit bayi semakin kering dan rentan iritasi.
2. Pilih sabun lembut khusus bayi
Saat kulit bayi sedang sensitif karena eksim basah, penting untuk memilih sabun yang benar-benar lembut. Bukan hanya dari teksturnya, tapi juga dari kandungan di dalamnya. Hindari sabun yang mengandung alkohol, paraben, atau SLS/SLES karena bisa membuat kulit makin kering dan memperparah iritasi.
Sabun dengan bahan alami seperti aloe vera bisa membantu menyejukkan kulit yang meradang sekaligus menjaga kelembapan alaminya. Nah, Aybun bisa mengandalkan Zwitsal Hair & Body Bath Aloe Vera.
Formulanya ringan dan sudah teruji secara dermatologis. Bebas dari paraben dan SLS/SLES, sabun bayi untuk kulit sensitif ini diperkaya dengan ekstrak Aloe Vera, Pro Vitamin B5, dan 4x Prebiotic Moisturizer untuk membantu menjaga keseimbangan kulit sekaligus mempertahankan kelembapannya. Tak hanya membersihkan, sabun ini juga mendukung proses pemulihan kulit secara lembut.
3. Keringkan kulit dengan teknik ditepuk
Setelah mandi, keringkan kulit bayi dengan handuk lembut menggunakan teknik ditepuk, bukan digosok. Gesekan bisa memperburuk luka eksim, lho.
4. Jaga kebersihan area luka eksim
Sebelum mengoleskan pelembap, bersihkan area luka secara perlahan menggunakan air hangat dan kain lembut. Hindari penggunaan sabun langsung pada luka terbuka, dan pastikan kulit benar-benar kering sebelum melanjutkan perawatan.
Kalau kulit yang luka harus ditutup, beri waktu sebentar untuk menenangkan kulit terlebih dahulu. Luka yang dibalut terlalu rapat bisa makin lembap dan sulit pulih. Untuk kondisi yang lebih berat, dokter mungkin menyarankan wet wrap therapy, yaitu metode membalut kulit bayi yang sudah dioles pelembap dengan kain atau perban lembap untuk mengunci kelembapan lebih efektif.
5. Oleskan pelembap segera setelah mandi
Setelah mandi, kulit bayi cenderung kehilangan kelembapan lebih cepat, terutama jika sedang mengalami eksim basah. Karena itu, waktu terbaik untuk mengoleskan pelembap adalah saat kulit masih sedikit lembap, agar hidrasi terkunci lebih baik.
Untuk rutinitas harian, Aybun bisa menggunakan Zwitsal Baby Face & Body Care Cream. Teksturnya ringan, cepat meresap, dan aman untuk kulit bayi yang baru lahir. Krim ini mengandung 10x Prebiotic Moisturizer, Vitamin E, dan Chamomile.
Kombinasi formula ini bagus untuk membantu menenangkan kulit, menjaga kelembapan hingga 24 jam, dan mendukung pemulihan kulit yang kering dan sensitif. Cocok untuk dijadikan bagian dari rutinitas harian Aybun dalam merawat kulit si Kecil yang sedang dalam proses pemulihan.
6. Jaga kebersihan alat dan tangan sebelum merawat
Cuci tangan sebelum menyentuh kulit bayi. Pastikan handuk, waslap, dan bahkan kuku Aybun dalam kondisi bersih. Luka eksim yang terbuka bisa jadi pintu masuk kuman jika perawatannya kurang higienis.
7. Gunakan pakaian dari bahan katun yang adem
Pilih pakaian longgar dari bahan katun yang menyerap keringat dan tidak menimbulkan gesekan. Hindari bahan sintetis atau wol yang bisa membuat kulit bayi iritasi.
Jika Aybun baru selesai membersihkan kulit atau mengoleskan krim, tunggu beberapa saat sebelum memakaikan baju, ya. Memberi waktu agar produk perawatan menyerap sepenuhnya bisa membantu mencegah gesekan dan memastikan kulit tetap nyaman.
8. Gunting kuku bayi secara rutin
Eksim sering membuat bayi ingin menggaruk, dan kuku yang tajam bisa menyebabkan luka terbuka atau infeksi. Potong kuku bayi secara rutin untuk mencegah itu terjadi.
9. Rawat area popok yang lembap dengan ekstra hati-hati
Kulit di sekitar popok mudah lembap dan bergesekan, jadi kalau eksim muncul di area ini, perawatannya perlu lebih lembut dan telaten. Pastikan popok diganti secara rutin dan area dibersihkan tanpa menggosok terlalu keras.
Sebagai perlindungan tambahan, Aybun bisa mengandalkan Zwitsal Daily Diaper Cream, krim anti-ruam yang diformulasikan khusus untuk kulit bayi di area tertutup. Teksturnya ringan dan mudah meresap, sehingga nyaman digunakan setiap hari tanpa meninggalkan rasa lengket.
Kandungan krim anti-ruam ini pun lengkap. Ada Zinc dan Allantoin untuk membantu meredakan kemerahan dan mencegah iritasi, serta Canola Oil, Vitamin E, dan Prebiotic Moisturizer untuk menjaga kelembapan dan menutrisi kulit bayi di area tertutup.
10. Lakukan pemantauan kulit secara menyeluruh
Eksim basah bisa muncul tiba-tiba dan tak selalu di tempat yang sama. Karena itu, penting bagi Aybun untuk rutin memeriksa seluruh area kulit si Kecil, bahkan saat ia terlihat baik-baik saja. Perawatan dan perhatian yang konsisten akan membantu menjaga kulitnya tetap kuat dan nyaman.
Untuk membantu memantau kondisi kulit si Kecil, Zwitsal bersama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan Divisi Dermatologi Pediatrik Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) merekomendasikan panduan sederhana yaitu AKSI (Analisis Kulit Si Kecil).
Ada 4 Langkah AKSI yang bisa dilakukan, yaitu dengan mengecek area kepala, pipi, lipatan, dan area popok:
Cek Ruam dan Lecet: Apakah ada ruam atau lecet di area tersebut?
Cek Tekstur Kulit: Apakah kering, bersisik, ada kemerahan atau bentol?
Cek Luka di Kulit: Apakah ada luka di area tersebut?
Cek Tangisan Si Kecil: Apakah Si Kecil menangis saat suatu area disentuh?
Melakukan langkah AKSI secara berkala bisa membantu Aybun mengenali tanda-tanda awal eksim basah sebelum berkembang lebih jauh. Segerakan periksa ke dokter apabila Aybun menemukan gejala.
Kapan Bisa Dirawat di Rumah, Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun banyak kasus eksim basah bisa ditangani di rumah dengan perawatan yang lembut dan konsisten, ada kalanya kondisi si Kecil membutuhkan perhatian medis lebih lanjut.
Eksim biasanya masih bisa dirawat di rumah jika:
Kulit tampak merah atau kering tapi tidak mengeluarkan cairan
Bayi masih aktif, tidak terus-menerus menangis
Area yang terkena hanya sebagian kecil dari tubuh
Namun, ada beberapa tanda yang sebaiknya tidak diabaikan. Jika Aybun melihat salah satu dari ini, sebaiknya jangan tunda untuk berkonsultasi dengan tenaga medis:
Ada nanah, bau tak sedap, atau luka yang semakin parah
Bayi demam atau terlihat sangat tidak nyaman
Eksim menyebar cepat dalam beberapa hari
Tidak ada perbaikan setelah perawatan rutin di rumah
Aybun tak perlu menunggu sampai kondisi jadi serius untuk mencari bantuan. Konsultasi dengan dokter bisa memberi ketenangan sekaligus memastikan si Kecil mendapat perawatan yang tepat. Kini, Aybun juga bisa memanfaatkan layanan Free Teleconsultation dari Zwitsal untuk bertanya langsung tanpa perlu keluar rumah. Praktis dan tetap aman!
Merawat eksim basah memang butuh kesabaran, tapi dengan langkah yang tepat, kulit si Kecil bisa kembali sehat. Jangan ragu mengenali tanda-tanda awal dan mulai perawatan sedini mungkin. Semakin cepat ditangani, semakin kecil risikonya memburuk. Karena Aybun hebat tahu bahwa perhatian kecil setiap hari bisa jadi kunci perubahan besar untuk kesehatan si Kecil.
Referensi:
1. Nehaa Sohail, Ayaan Sohail, Wasiq Nadeem, Huma Y. Lodhi. 2024. Itchy and Swollen: Atopic Dermatitis With Cephalocervical Lymphadenitis in an Infant. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC11453176/
2. Danielle R. Davari, Elizabeth L. Nieman, Diana B. McShane, Dean S. Morrell. 2020. Current Perspectives on the Management of Infantile Atopic Dermatitis. Diambil dari https://doi.org/10.2147/JAA.S246175