Lewati ke:
18 September 2025
Ketika bayi susah BAB, Aybun pasti ikut cemas melihat si Kecil menjadi rewel dan terlihat tidak nyaman. Kondisi sembelit pada bayi memang bisa disebabkan berbagai faktor, mulai dari pola makan hingga kurangnya cairan. Tenang saja, ada beberapa cara mengatasi sembelit pada bayi yang bisa dilakukan di rumah agar si Kecil kembali ceria.
Apa Itu Sembelit pada Bayi?
Sembelit pada bayi adalah kondisi ketika frekuensi BAB lebih jarang dari biasanya, atau fesesnya jadi lebih keras sehingga membuat si Kecil mengejan. Jadi wajar sekali kalau Aybun merasa khawatir saat si Kecil tampak kesulitan buang air besar.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di Singapore Medical Journal (Ho & How, 2020), sembelit pada bayi dan anak umumnya bersifat fungsional, ditandai dengan BAB kurang dari dua kali per minggu, feses keras, atau ukuran feses yang besar hingga menimbulkan rasa nyeri¹.
Meski begitu, bayi yang mendapat ASI eksklusif dan tumbuh sehat tetap bisa jarang BAB tanpa dianggap sembelit, sehingga penting bagi Aybun untuk melihat kenyamanan dan kondisi umum si Kecil, bukan hanya hitungan harinya.
Apa Penyebab Sembelit pada Bayi?
Mengutip Pediatric Functional Constipation (Allen dkk., 2024), hingga 95% kasus konstipasi pada anak tidak memiliki penyebab organik, melainkan dipicu faktor sehari-hari seperti pola makan, kurang cairan, hingga perubahan rutinitas². Bahkan satu pengalaman BAB yang menyakitkan saja bisa memicu siklus menahan buang air besar, sehingga feses semakin keras dan membuat sembelit makin parah.
Nah, faktor yang paling sering berperan, biasanya adalah beberapa hal berikut ini:
Perubahan pola makan
Saat bayi mulai MPASI, ususnya butuh waktu untuk beradaptasi. Dari yang sebelumnya hanya mencerna ASI atau susu formula, kini harus belajar mengolah makanan padat. Proses adaptasi ini bisa membuat pergerakan usus melambat untuk sementara, sehingga sembelit lebih mudah terjadi.
Kurang cairan
Bisa dari ASI, susu formula, maupun air putih (jika usianya sudah sesuai). Jika cairan tidak cukup, feses akan menjadi kering dan keras.
Asupan serat rendah
Misalnya, bayi MPASI yang lebih banyak mengonsumsi bubur tanpa sayur atau buah, sehingga ususnya tidak mendapat cukup serat untuk membantu melancarkan BAB.
Pengalaman BAB yang menyakitkan
Jika bayi pernah merasakan sakit saat BAB, ia bisa cenderung menahan feses pada kesempatan berikutnya.
Perubahan rutinitas
Misalnya saja pola tidur yang berubah, aktivitas fisik berkurang, atau adanya stres kecil akibat bepergian, yang bisa mengganggu ritme BAB.
Nah, coba pahami dulu pola ini. Dengan begitu, Aybun bisa lebih mudah mengantisipasi risiko sembelit pada si Kecil dan memilih cara mengatasi sembelit pada bayi yang paling sesuai.
Apa Tanda-Tanda Bayi Mengalami Sembelit?
Aybun, mengenali tanda sembelit sejak awal penting agar Aybun bisa segera membantu si Kecil merasa lebih nyaman. Secara umum, bayi yang sembelit akan tampak lebih gelisah saat ingin BAB karena prosesnya terasa sulit.
Ada beberapa tanda sembelit yang perlu Aybun perhatikan:
Frekuensi BAB berkurang, misalnya si Kecil hanya BAB kurang dari 2 kali dalam seminggu.
Feses tampak keras atau kering, kadang berbentuk bulatan kecil seperti pelet.
Mengejan kuat setiap kali ingin BAB, hingga wajahnya memerah atau terlihat tegang.
BAB terasa nyeri, ditandai dengan tangisan atau rewel saat mengeluarkan feses.
Perut terasa kembung atau keras ketika Aybun raba.
Kalau si Kecil menunjukkan tanda-tanda ini, besar kemungkinan ia sedang mengalami sembelit dan butuh bantuan sederhana dari Aybun untuk melancarkan pencernaannya.
Bagaimana Cara Mengatasi Sembelit pada Bayi?
Zwitsal mengerti, menghadapi si Kecil yang sembelit memang butuh kesabaran ekstra. Tapi kabar baiknya, ada beberapa cara alami yang bisa Aybun lakukan di rumah untuk membantu pencernaannya kembali lancar.
1. Pijatan perut lembut, rutin, dan singkat
Pijatan perut dengan gerakan melingkar searah jarum jam bisa membantu merangsang peristaltik usus sehingga feses lebih mudah bergerak ke bawah. Lakukan dengan lembut sekitar 5-10 menit saat bayi dalam keadaan rileks, misalnya setelah mandi atau sebelum tidur siang.
Agar pijatan lebih nyaman, Aybun bisa mengoleskan Zwitsal Baby Oil terlebih dulu. Teksturnya membuat tangan mudah meluncur di kulit, sementara kombinasi Mineral Oil, Aloe Vera, dan Vitamin E memberi kelembapan sekaligus nutrisi ekstra. Kulit bayi akan tetap terasa lembut dan hangat, tanpa khawatir iritasi karena formulanya sudah teruji hypoallergenic dan aman untuk kulit bayi yang mudah sensitif.
2. Tambah pijatan relaksasi di area lain
Selain perut, pijatan ringan di punggung dan kaki juga bisa membantu bayi merasa lebih rileks. Efek menenangkan dari sentuhan Aybun dapat menurunkan rasa tegang yang sering muncul ketika bayi menahan keinginan BAB. Relaksasi ini adalah hal yang cukup penting, Aybun. Ketika tubuh bayi dalam keadaan tenang, refleks BAB cenderung lebih mudah terjadi.
3. Gerakan "kayuh sepeda" setelah pijat
Setelah sesi pijat, lanjutkan dengan gerakan mengayuh sepeda pada kaki bayi. Gerakan ritmis ini membantu mengeluarkan gas berlebih yang bisa menyebabkan perut kembung sekaligus merangsang pergerakan usus. Coba lakukan 8-10 kali gerakan dengan tempo pelan, sambil mengajak si Kecil bercanda agar suasana tetap menyenangkan.
4. Sajikan MPASI yang berserat dan lembut
Untuk bayi yang sudah mulai makan padat, makanan berserat adalah sahabat pencernaan. Serat menambah massa pada feses, membuatnya lebih lembut, dan lebih mudah dikeluarkan.
Aybun bisa memberi puree pepaya, pir, atau labu kuning dengan tekstur halus. Perkenalkan secara bertahap, mulai dari 2-3 sendok, lalu tingkatkan porsinya sedikit demi sedikit.
Pendekatan bertahap ini memberi waktu bagi usus bayi untuk beradaptasi, sehingga risiko sembelit berulang lebih kecil.
5. Atur momen dan posisi BAB yang nyaman
Bayi yang pernah merasakan sakit saat BAB sering kali menahan feses di kesempatan berikutnya. Menurut Bashir & Khan (2024), perilaku menahan BAB akibat pengalaman nyeri adalah faktor paling umum pemicu konstipasi fungsional pada anak. Semakin sering menahan, feses makin keras, dan siklus sembelit makin sulit diputus³.
Untuk membantu, Aybun bisa menekuk lutut bayi ke arah perut sehingga posisi menyerupai jongkok. Posisi ini akan mengubah sudut rektum menjadi lebih terbuka, sehingga feses lebih mudah keluar.
Selain itu, Aybun bisa mulai mengenalkan rutinitas sederhana setelah makan. Misalnya, tunggu beberapa menit lalu bantu si Kecil berada di posisi BAB. Konsep ini dikenal dengan bowel retraining, yaitu membentuk kebiasaan buang air secara teratur dengan memanfaatkan refleks alami usus setelah makan.
Supaya prosesnya lebih nyaman, ciptakan suasana tenang. Aybun bisa meredupkan lampu, memberikan sentuhan lembut, dan menjauhkan gangguan suara bising. Saat merasa aman, tubuh bayi akan lebih rileks sehingga dorongan BAB pun lebih lancar.
6. Tingkatkan aktivitas ringan harian
Meski belum bisa berjalan, bayi tetap membutuhkan aktivitas fisik. Ajak si Kecil tummy time di atas matras, biarkan ia berguling, atau mainkan gerakan sederhana bersama.
Aktivitas ini mendukung kontraksi otot perut, merangsang usus bekerja lebih baik, dan mengurangi risiko konstipasi berulang. Semakin sering bayi bergerak, semakin sehat pula sistem pencernaannya.
7. Catat pola BAB si Kecil
Buat catatan sederhana mengenai frekuensi, konsistensi, dan kenyamanan BAB setiap harinya. Jurnal kecil ini bisa membantu Aybun mengenali pola sembelit lebih cepat. Misalnya, apakah feses selalu keras, apakah jeda antar BAB lebih dari 3-4 hari, atau apakah si Kecil tampak kesakitan.
Data ini bisa sangat berguna bila Aybun perlu berkonsultasi ke dokter, karena dokter bisa menilai kondisi dengan lebih akurat berdasarkan catatan pola yang konsisten.
Sembelit memang sering bikin si Kecil rewel, tapi Aybun tidak perlu panik. Dengan cara mengatasi sembelit pada bayi melalui pijatan lembut, makanan berserat, serta kebiasaan rutin seperti bowel retraining, umumnya kondisi susah BAB ini bisa membaik di rumah. Jika sembelit berlangsung lama, disertai demam, muntah, atau feses berdarah, segera konsultasikan ke dokter agar mendapat penanganan tepat sejak dini.
Referensi:
1. Jeremy Meng Dao Ho, Choon How How. 2020. Chronic constipation in infants and children. Diambil dari Singapore Medical Journal Feb;61: https://doi.org/10.11622/smedj.2020014
2. Paul Allen, Aniruddh Setya, Veronica N. Lawrence. 2024. Pediatric Functional Constipation. Diambil dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537037/
3. Samina Khan Bashir, Muhammad Bashir Khan. 2024. Pediatric Functional Constipation: A New Challenge. Diambil dari https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1155/2024/5569563