Lewati ke:
21 Juli 2025
Mungkin Bunda pernah bertanya-tanya, "Sebetulnya si Kecil itu punya bakat di mana, ya?" Di usia balita, kemampuan mereka memang berkembang sangat cepat. Nah, mengenali potensi ini butuh kepekaan, keterlibatan, dan waktu berkualitas bersama si Kecil. Karena itu, baca terus artikel ini untuk tahu cara mengetahui bakat anak secara menyenangkan, simpel, dan tetap sesuai dengan cara anak belajar dan tumbuh di usianya.
Tahukah Bunda, menurut penelitian Tierney & Nelson (2009)¹, otak anak berkembang sangat pesat di tahun-tahun awal kehidupannya. Bahkan, dalam satu detik, bisa terbentuk jutaan koneksi antar sel otak.
Koneksi ini akan menguat atau menghilang tergantung dari pengalaman yang si Kecil alami. Maka, stimulasi dan interaksi sejak dini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembangnya.
Saat bakat dikenali lebih awal, anak jadi lebih percaya diri, punya arah, dan menikmati proses belajar. Jika dibimbing sesuai minat dan keunikannya, mereka cenderung tumbuh jadi pribadi yang lebih bahagia dan terbuka.
Jadi, daripada menunggu "nanti saja", lebih baik mulai kenali potensi si Kecil dari sekarang, ya Bun.
Bakat anak sering kali tidak langsung terlihat, apalagi jika Bunda hanya menilai dari hasil. Padahal, banyak sekali tanda-tanda yang muncul dari cara mereka bermain, berinteraksi, atau merespons lingkungan. Kuncinya ada pada perhatian Bunda sehari-hari.
Bakat biasanya muncul dari hal yang membuat anak tenggelam di dalamnya. Misalnya, anak bisa betah duduk menggambar lama-lama, tertarik menyusun puzzle tanpa diminta, atau terus menari meski tidak ada musik. Hal-hal ini terlihat biasa, tapi bisa jadi sinyal besar tentang potensi tersembunyi.
Apalagi untuk usia 2 tahun, Bunda sudah bisa mulai mengamati pola minat seperti ini. Jadi, cara mengetahui bakat anak usia 2 tahun itu bukan hal mustahil. Justru pada usia ini, si Kecil sedang membentuk fondasi penting dalam otaknya.
Cara lain untuk mengungkap potensi adalah dengan memberikan pengalaman yang bervariasi. Coba libatkan si Kecil dalam berbagai kegiatan di rumah, seperti menggambar, bermain musik, bermain peran, hingga eksperimen kecil di dapur. Dari sini Bunda akan tahu aktivitas mana yang membuat si Kecil paling semangat.
Termasuk saat mandi, yang juga bisa jadi ajang eksplorasi sensorik. Mulai dari merasakan suhu air, memeras spons, sampai bermain busa. Untuk pilihan yang aman dan nyaman, Bunda bisa gunakan Zwitsal Hair & Body Bath Milky Honey dengan formula lembut dan 6x Prebiotic Moisturizer yang membantu menjaga kulit si Kecil tetap lembap, lembut, dan sehat sepanjang hari.
Gaya berpikir anak bisa menjadi petunjuk tentang tipe kecerdasan dan preferensi belajarnya. Misalnya, apakah si Kecil langsung mencoba lagi saat mainannya rusak, atau ia lebih suka diam dulu lalu menganalisis? Ada anak yang refleks cepat, ada yang lebih berhati-hati. Keduanya valid, dan keduanya bisa menunjukkan jenis bakat yang berbeda.
Melalui observasi seperti ini, Bunda bisa lebih memahami cara mengetahui bakat dan minat anak secara utuh, tidak hanya dari permukaan.
Terkadang, jawabannya justru keluar dari mulut si Kecil sendiri. Saat sedang santai, Bunda bisa bertanya, "Kalau kamu bisa main apa saja, kamu pilih yang mana?" atau "Kalau besar nanti, kamu ingin jadi apa?"
Lewat percakapan seperti ini, Bunda bisa melihat bagaimana si Kecil memandang dirinya. Jawabannya mungkin polos, tapi sangat jujur. Bahkan bisa jadi lebih akurat daripada hasil tes apa pun.
Emosi anak saat beraktivitas bisa menjadi petunjuk penting tentang potensi alaminya. Misalnya, si Kecil yang terlihat puas dan senang setelah menggambar atau menyusun balok mungkin punya kecenderungan kreatif. Sebaliknya, anak yang mudah frustrasi saat gagal menyusun puzzle bisa menunjukkan pola pikir logis atau perfeksionis yang sedang berkembang.
Penelitian dari Leppanen & Nelson (2009)² juga menunjukkan bahwa ekspresi emosi seperti rasa senang atau frustrasi bukan sekadar reaksi sesaat. Respons ini mencerminkan aktivitas sistem afektif di otak yang sedang tumbuh, dan turut membentuk cara anak belajar, termotivasi, serta merespons tantangan ke depannya.
Karena itu, jangan hanya perhatikan aktivitas si Kecil, tapi juga ekspresinya. Apakah ia tersenyum puas? Apakah ingin mengulang? Tanda-tanda kecil ini bisa jadi kunci memahami minat dan potensi tersembunyi sejak dini.
Mungkin terdengar aneh, tapi membiarkan si Kecil merasa bosan justru bisa membuka jalan ke bakat alaminya. Saat tidak diarahkan, anak akan mencari sendiri apa yang membuatnya tertarik, dan dari situlah sering muncul minat yang otentik. Kebosanan bisa memicu kreativitas, imajinasi, atau rasa ingin tahu yang sebelumnya tersembunyi!
Jadi, saat si Kecil bilang, "Bunda, aku bosan," tahan dulu keinginan untuk langsung memberi solusi. Amati saja, karena bisa jadi di momen itulah potensi terbesarnya mulai terlihat!
Kalau Bunda ingin memastikan atau butuh panduan lebih lanjut, tidak ada salahnya berkonsultasi ke psikolog anak atau guru PAUD. Lewat observasi ringan atau tes seperti Multiple Intelligences dan screening tumbuh kembang, Bunda bisa mendapat insight tambahan yang membantu.
Tapi tetap, cara mengetahui bakat anak yang paling dalam justru muncul dari kedekatan sehari-hari. Tidak ada alat yang bisa menggantikan kepekaan Bunda saat menyaksikan sendiri bagaimana si Kecil tumbuh dan bereaksi terhadap dunianya.
Setelah Bunda mulai melihat potensi si Kecil, langkah selanjutnya adalah memberi ruang agar bakatnya tumbuh dengan alami. Tidak perlu terburu-buru ikut kursus ini-itu. Lewat rutinitas sederhana, stimulasi yang tepat, dan dukungan penuh percaya, si Kecil bisa berkembang jadi dirinya yang paling utuh.
Bakat tidak akan muncul jika anak merasa takut salah. Jadi penting bagi Bunda untuk menciptakan lingkungan yang bebas baginya untuk bereksplorasi. Jika si Kecil ingin mencoret-coret tembok atau menyusun barang-barang tanpa aturan, jangan langsung dilarang. Alihkan ke media yang sesuai, lalu biarkan imajinasinya mengalir.
Tidak perlu panjang, cukup 20-30 menit sehari agar si Kecil boleh memilih sendiri kegiatannya. Mau menggambar, menyanyi, atau menyusun lego, selama ia menikmati prosesnya, itu sudah bentuk pengembangan bakat.
Untuk usia 2 tahun, hal ini bisa dimulai dengan aktivitas sederhana seperti menyendok pasir, menempel stiker, atau mendengarkan cerita. Semua ini adalah bagian dari cara mengetahui bakat anak usia 2 tahun secara alami.
Berikan apresiasi saat anak berusaha, bukan hanya saat hasilnya bagus. Kalimat seperti "Bunda senang kamu bisa menyelesaikan itu" jauh lebih kuat daripada hanya bilang "Wah, gambarnya bagus."
Lalu, jangan membandingkan anak dengan orang lain. Tiap anak punya jalur masing-masing, Bun. Dengan begitu, anak tumbuh tanpa merasa diburu atau dinilai.
Kalau Bunda mulai melihat konsistensi dalam minat si Kecil, bisa coba libatkan anak di komunitas atau aktivitas luar rumah yang sesuai. Tapi pastikan anak nyaman dan tertarik, bukan hanya mengikuti tren atau ekspektasi orangtua.
Momen sehari-hari juga bisa jadi stimulasi yang luar biasa, lho. Saat mandi, si Kecil bisa belajar tentang suhu dan tekstur. Saat makan, ia bisa belajar koordinasi dan mandiri. Saat membaca cerita sebelum tidur, imajinasinya bisa diasah dan empatinya tumbuh.
Cara mengetahui bakat anak bukan tentang mencari hasil cepat, tapi tentang hadir sepenuh hati dalam prosesnya. Saat Bunda berhenti membandingkan dan mulai memperhatikan, hal-hal kecil seperti cara si Kecil bermain, bertanya, atau bahkan saat ia bosan bisa jadi petunjuk berharga. Yuk, terus dukung dia, ya Bun!
Referensi:
1. Adrienne L Tierney, Charles A Nelson III. 2009. Brain Development and the Role of Experience in the Early Years. Diambil dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3722610/
2. Jennifer S Silk, Elizabeth Redcay, Nathan A Fox. 2014. Contributions of social and affective neuroscience to our understanding of typical and atypical development. Diambil dari https://doi.org/10.1016/j.dcn.2014.02.002