Lewati ke:
11 Februari 2025
Alergi pada bayi tentu kerap menjadi perhatian besar bagi Ayah dan Bunda, terutama karena sistem imun si Kecil masih belajar mengenali dunia sekitarnya. Gejala alergi yang muncul tidak hanya membuat bayi tidak nyaman, tetapi juga bisa memengaruhi tumbuh kembangnya. Agar si Kecil bisa tumbuh sehat dan bahagia, simak bahasan lengkap mengenai alergi pada bayi berikut, mulai dari penyebabnya hingga cara mengatasinya!
Kenapa Si Kecil Bisa Mengalami Alergi?
Alergi pada bayi adalah reaksi berlebihan dari sistem imun terhadap zat tertentu yang sebenarnya tidak berbahaya, seperti makanan, debu, atau produk perawatan kulit. Hal ini sering terjadi karena struktur kulit dan sistem kekebalan tubuh bayi yang masih dalam tahap perkembangan1, terutama di masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang sangat penting bagi pertumbuhan dan kesehatan si Kecil.
Dibandingkan orang dewasa, kulit bayi baru lahir 30% lebih tipis dan lebih kering2, sehingga si Kecil lebih rentan terhadap iritasi, infeksi, dan pengaruh lingkungan. Selama periode 1000 HPK, kulit bayi membutuhkan perlindungan ekstra untuk menjaga keseimbangan kelembapan dan melindungi dari alergen yang dapat memicu reaksi alergi.
Jika alergi pada bayi tidak ditangani dengan tepat selama 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dampaknya bisa dirasakan hingga dewasa. Alergi yang tidak terkelola dengan baik dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan kronis, seperti asma, eksim, atau alergi makanan yang terus berkembang.
Tidak hanya itu, gangguan ini juga dapat memengaruhi kualitas hidup si Kecil, menghambat aktivitas, serta berpotensi memengaruhi perkembangan emosional dan sosial mereka. Oleh karena itu, Ayah dan Bunda perlu mengambil langkah proaktif untuk mengenali, mengelola, dan mencegah alergi sejak dini.
Penyebab Alergi pada Bayi
Alergi pada bayi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari genetik hingga lingkungan. Berikut adalah penyebab alergi yang umum dialami oleh bayi.
1. Faktor genetik
Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki riwayat alergi, kemungkinan besar si Kecil juga memiliki risiko alergi yang lebih tinggi. Faktor genetik ini membuat tubuh bayi lebih sensitif terhadap alergen seperti makanan, debu, atau bahan kimia tertentu. Untuk bayi dengan riwayat keluarga alergi, penting bagi Ayah dan Bunda untuk ekstra hati-hati dalam memilih produk makanan dan perawatan kulit.
2. Sistem imun tubuh yang belum matang
Bayi lahir dengan sistem imun yang belum sepenuhnya berkembang. Ini membuat tubuh mereka lebih rentan bereaksi terhadap zat asing seperti debu, serbuk sari, atau protein tertentu dalam makanan. Ketidakmatangan ini adalah alasan utama bayi lebih sering mengalami alergi dibandingkan orang dewasa.
Bayi lahir dengan sistem imun yang belum sepenuhnya berkembang, sehingga lebih rentan bereaksi terhadap zat asing seperti debu, serbuk sari, atau protein tertentu dalam makanan. Ketidakmatangan ini membuat kulit bayi, yang merupakan garis pertahanan pertama, menjadi lebih sensitif dan mudah kering atau iritasi.
Untuk menjaga kelembapan kulit sekaligus melindunginya dari kekeringan, penggunaan cream atau lotion yang diformulasikan khusus untuk bayi dapat membantu. Cream atau lotion bayi tidak hanya melembapkan tetapi juga menciptakan lapisan pelindung yang menjaga kulit si Kecil tetap sehat.
Bunda bisa banget menggunakan Zwitsal Baby Face & Body Care Cream. Formulanya lembut karena mengandung 10x Prebiotic Moisturizer yang melembapkan kulit, Ekstrak Chamomile yang melembutkan dan memberi rasa nyaman di kulit, serta Vitamin E untuk menutrisi dan menyehatkan kulit si Kecil. Cream dari Zwitsal ini sudah teruji secara dermatologis dan hypoallergenic, jadi Bunda tak perlu khawatir dengan formulanya. Aman untuk kulit sensitif si Kecil!
3. Makanan
Alergi makanan pada bayi biasanya disebabkan oleh susu sapi, telur, kacang, atau makanan laut. Reaksi alergi bisa berupa ruam merah, muntah, diare, hingga sesak napas. Memperkenalkan makanan baru secara bertahap dan memperhatikan reaksi tubuh si Kecil juga sangat penting. Jika muncul gejala alergi, segera konsultasikan dengan dokter untuk memastikan jenis makanan yang perlu dihindari.
4. Debu dan tungau
Debu dan tungau sering menjadi pemicu alergi pernapasan pada bayi. Gejalanya meliputi hidung tersumbat, bersin-bersin, hingga mata berair. Untuk mencegah hal ini, pastikan lingkungan rumah selalu bersih. Bersihkan karpet, bantal, dan tempat tidur secara rutin, serta hindari penggunaan barang yang mudah menumpuk debu.
5. Produk perawatan kulit yang kurang tepat
Produk perawatan kulit bayi yang mengandung pewarna, parfum buatan, atau bahan kimia keras dapat memicu iritasi dan reaksi alergi. Pilihlah produk perawatan kulit yang sudah teruji hypoallergenic dan dirancang khusus untuk kulit bayi.
6. Bulu hewan
Bulu kucing atau anjing dapat memicu reaksi alergi seperti bersin, mata berair, atau ruam kulit pada bayi. Jika Ayah dan Bunda memelihara hewan di rumah, pastikan untuk rutin membersihkan bulu-bulu yang rontok dan membatasi kontak langsung antara si Kecil dan hewan peliharaan.
7. Serbuk sari bunga
Serbuk sari bunga dapat menjadi alergen, terutama jika tinggal di daerah dengan banyak tanaman. Meskipun kasusnya jarang pada bayi, gejala seperti bersin, gatal di area mata, atau hidung tersumbat bisa muncul. Sebisa mungkin, hindari membawa si Kecil ke luar rumah pada musim tertentu ketika serbuk sari banyak bertebaran.
8. Bahan pakaian dan ukuran popok yang tidak pas
Nah, banyak juga orang tua yang tidak menyadari hal ini. Bahan pakaian tertentu, seperti wol atau serat sintetis, dapat mengiritasi kulit bayi yang sensitif, lho. Untuk mengurangi risiko, pilih pakaian berbahan katun lembut yang memungkinkan kulit si Kecil bernapas dengan baik. Jangan lupa mencuci pakaian bayi dengan deterjen khusus yang lembut dan bebas pewangi.
Penggunaan popok yang tidak pas bisa memicu iritasi kulit bayi. Popok terlalu ketat menyebabkan gesekan, sementara yang terlalu longgar berisiko bocor dan membuat kulit terpapar urin atau kotoran lebih lama, meningkatkan risiko ruam popok. Pilih popok dengan ukuran pas dan sering ganti popok, terutama setelah bayi buang air.
Bunda juga bisa menggunakan Zwitsal Daily Diaper Cream. Krim untuk mengatasi ruam popok pada bayi ini mengandung Zinc, Vitamin E dan Canola Oil untuk membantu mencegah iritasi dan meredakan ruam.
Agar bekerja efektif mencegah ruam, oleskan krim atau obat ruam popok secara tipis. Lalu, oleskan kembali krimnya setiap kali Bunda mengganti popok si Kecil. Karena sudah teruji secara dermatologis, krim untuk mengatasi ruam popok pada bayi ini aman digunakan setiap hari dan lembut untuk kulit sensitif bayi.
9. Obat-obatan
Beberapa jenis obat tertentu, seperti antibiotik atau sirup, dapat memicu reaksi alergi pada bayi. Gejalanya bisa berupa ruam, bengkak, atau muntah. Sebelum memberikan obat apa pun kepada si Kecil, selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Jika si Kecil sudah terbukti mengalami reaksi alergi pada jenis obat tertentu, selalu infokan kepada dokter agar bisa dicarikan alternatif obat yang lebih aman.
10. Kurangnya asupan ASI
ASI adalah sumber antibodi alami yang membantu membangun sistem imun bayi3. Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya cenderung lebih rentan terhadap alergi. Oleh karena itu, memberikan ASI sebanyak mungkin sangat disarankan untuk mendukung daya tahan tubuh si Kecil.
Apa Gejala Alergi yang Biasanya Timbul?
Gejala umum alergi pada bayi dapat bervariasi tergantung pada jenis alergen dan respons tubuh si Kecil. Namun, Bunda perlu mengetahui gejala umumnya agar bisa bertindak cepat untuk menemukan solusinya.
Ruam atau kemerahan pada kulit
Gatal-gatal atau kulit bersisik
Hidung tersumbat atau berair
Bersin terus-menerus
Batuk atau sesak napas
Muntah dan diare
Mata berair, merah, atau kelopak mata bengkak
Rewel atau sulit tidur
Reaksi anafilaksis, berupa kesulitan bernapas, bengkak wajah, atau penurunan tekanan darah
Jika bayi menunjukkan gejala alergi, terutama yang parah seperti sesak napas, muntah terus-menerus, atau bengkak pada wajah, segera konsultasikan dengan dokter. Deteksi dan penanganan dini dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.
Cara Mengatasi Alergi pada Bayi
Jika Ayah dan Bunda sudah memahami betapa rentannya kulit dan tubuh si Kecil di tahun-tahun pertamanya, segera lakukan beberapa tindakan pencegahannya.
1. Hindari pemicu alergi
Langkah pertama yang paling mendasar adalah mengenali pemicu alergi si Kecil. Pemicu ini bisa berasal dari makanan seperti susu sapi, kacang, atau telur, hingga debu atau serbuk sari di lingkungan rumah. Jika alergi disebabkan oleh makanan, segera hentikan pemberiannya dan konsultasikan dengan dokter untuk tes alergi. Langkah ini tidak hanya membantu meringankan gejala alergi tetapi juga mencegah alergi muncul kembali.
2. Jaga kebersihan lingkungan
Lingkungan yang bersih dapat membantu mengurangi paparan alergen seperti debu, bulu hewan peliharaan, atau tungau. Pastikan Ayah dan Bunda membersihkan rumah secara teratur dengan menggunakan vacuum cleaner yang dilengkapi filter HEPA untuk hasil yang maksimal. Selain itu, cuci seprai dan pakaian bayi dengan air hangat untuk memastikan tidak ada alergen yang menempel. Membatasi akses hewan peliharaan ke kamar bayi juga bisa menjadi langkah pencegahan tambahan.
3. Gunakan produk hypoallergenic
Kulit bayi yang sensitif memerlukan perawatan khusus. Pilihlah produk yang sudah teruji hypoallergenic dan diformulasikan khusus untuk bayi. Pastikan produk yang dipilih bebas pewarna, parfum buatan, dan bahan kimia keras agar kulit bayi tetap sehat dan lembap.
Untuk perawatan harian, Ayah dan Bunda bisa menggunakan Zwitsal Hair & Body Bath Milky Honey. Sabun bayi ini diperkaya dengan Ekstrak Madu serta 6x Prebiotic Moisturizer untuk melembapkan kulit bayi yang kering dan melindungi dari kekeringan. Formula Prebiotic Moisturizer ini adalah nutrient untuk bakteri baik pada kulit. Dengan begitu, kulit si Kecil terjaga kelembapan, kelembutan, dan kesehatannya.
Sebelum tidur atau ketika pergi ke luar ruangan, selalu sempatkan untuk menggunakan Zwitsal Baby Skin Protector Natural Lotion. Formulanya yang mengandung Chamomile Extract dan Citronella Oil dapat membantu mencegah gigitan nyamuk atau serangga, yang mungkin bisa menjadi penyebab alergi pada bayi. Kandungannya pun lembut untuk kulit sensitif bayi dan telah teruji hypoallergenic.
4. Lakukan AKSI (Analisa Kulit si Kecil)
AKSI (Analisa Kulit si Kecil) adalah langkah mudah yang dapat dilakukan oleh Ayah dan Bunda untuk melakukan pemeriksaan mandiri terhadap kulit si Kecil secara berkala. Dikembangkan bersama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Divisi Dermatolog Pediatrik Departemen Dermatologi & Veneorologi FKUI RSCM, inisiatif ini dirancang untuk membantu Ayah dan Bunda memahami kondisi kulit si Kecil secara mendalam.
Melalui AKSI, Bunda dapat mengetahui kebutuhan spesifik untuk kulit bayi: apakah ada ruam dan lecet di beberapa area kulit? Apakah tekstur kulitnya kering, bersisik, kemerahan, atau bentol? Apakah si Kecil menangis ketika disentuh di area tertentu? Lalu, apakah ruam yang muncul adalah tanda alergi atau hanya iritasi ringan? Pemeriksaan berkala ini membantu Ayah dan Bunda untuk segera tanggap jika ada masalah kulit yang terjadi pada si Kecil.
5. Periksakan ke dokter
Jika gejala alergi si Kecil tidak membaik setelah langkah-langkah di atas dilakukan, segera konsultasikan dengan dokter. Dokter dapat memberikan diagnosis lebih lanjut serta rekomendasi obat untuk meredakan reaksi alergi. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin menyarankan pengujian alergi lebih lanjut untuk mengetahui pemicu yang spesifik.
Menangani alergi pada bayi memang membutuhkan perhatian ekstra, tetapi dengan langkah-langkah yang tepat, gejala alergi tentu dapat dikontrol dengan baik. Yuk, mulai dengan perawatan kulit bayi yang tepat dan selalu lakukan pemeriksaan mandiri menggunakan panduan AKSI dari Zwitsal!
Referensi:
Janina Marissen, Mercedes Gomez de Aguero, Parul Chandorkar, Lilith Reichert, Kirsten Glaser, Christian P. Speer, Christoph Hartel. 2023. The Delicate Skin of Preterm Infants: Barrier Function, Immune-Microbiome Interaction, and Clinical Implications. Diambil dari https://karger.com/neo/article/120/3/295/836020/The-Delicate-Skin-of-Preterm-Infants-Barrier
Georgios N. Stamatas, Pierre-Francois Roux, Elise Boireau-Adamezyk, Imane Lboukili, Thierry Oddos. 2023. Skin maturation from birth to 10 years of age: Structure, function, composition and microbiome. Diambil dari https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/exd.14843
- Gatien A G Lokossou, Léonce Kouakanou, Anne Schumacher, Ana C Zenclussen. 2022. Human Breast Milk: From Food to Active Immune Response With Disease Protection in Infants and Mothers. Diambil dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9016618/